20 – Sorry babe, I just love you so…

Sayup-sayup Keiko mendengar namanya dipanggil disela-sela mimpinya. Setelah menangkap suara pintunya diketuk, baru Keiko yakin bahwa ia bukan sedang bermimpi. Seseorang memang memanggilnya.

“Yah…” jawab Keiko lalu membukakan pintu.

“Bangun, kita harus jalan.” ucap Max. Keiko melihat mereka semua sudah berpakaian dan sedang menyiapkan koper.

Ia melirik jam, baru jam 3 pagi. Mengangguk enggan, ia baru tertidur 3 jam yang lalu. Masuk ke kamar mandi dengan pakaian ganti dan segera berbenah.

Tampangnya masih kusut walaupun seulas senyum tersenyum terpampang di wajahnya. Jack sudah menyiapkan sarapan, kimbab. Entah cowok itu bangun jam berapa untuk menyiapkan semua ini. Dia betul-betul bisa menjadi istri yang baik.

Keiko menelan kimbab tidak nafsu. Badannya lebih membutuhkan tidur cukup dibanding makanan.

“Kei, mau susu aja? Masih ada satu di kulkas.” tawar Max melihat pacarnya hanya mencomoti makanan di piringnya.

“Ga boleh, dia harus makan. Lo udah tahu gimana jadwal kita hari ini kan.” Jack melarang.

Keiko cembetut memelototi Jack. Dengan susah payah ditelannya sepotong besar kimbam.

“Nih, minum deh.” Jack menyerahkan susu pada Keiko.

Wajah cewek itu langsung berubah ceria. Melihat susu aja, dia jadi senang begitu.

“Anak sapi.” ledek Jack.

Keiko menjulurkan lidah.

Hari ini Keiko ikut dengan Fox-T sebagai salah satu staff mereka untuk shooting MV single “Look at Me” Japanese version. Cewek-cewek pemeran “18th” juga akan datang ke lokasi shooting.

Begitu sampai di sana, Fox-T ditangkap oleh tim rias dan kostum. Keiko juga disuruh membantu karena dikira ia staff betulan. Membawa baja kesana kemari, mengambilkan ini dan itu. Tapi ia tidak mengeluh sama sekali, malah menikmatinya karena ia tidak perlu takut dikenali sebagai cewek skandal.

“Kei, awas!!!” teriak salah satu staff, saat Keiko melintas melewati para penggemar Fox-T. Balon berisi cat merah mendarat di kepalanya. Ia menolehkan kepalanya memandang mereka.

Beberapa balon kembali mendarat di punggung, dada, pundak dan kaki Keiko. Sekarang ia persis badut dengan tumpahan cat dimana-mana. Keiko lari menyelamatkan diri, sebelum serangan berikutnya terjadi. Beberapa crew telah turun untuk membubarkan para penggemar.

Keiko mengatur nafasnya saat ia tiba di kamar mandi. Ia terduduk lemas di lantai. Rasa takut yang melanda dirinya membuat tubuhnya gemetaran. Ia tidak akan menangis. Tidak, ia tidak akan mengaku kalah. Ia akan membuktikan kalau Lee Keiko bukan cewek yang akan hancur hanya karena serangan-serangan seperti itu. Kalau fisik yang mereka hajar, Keiko yakin ia sanggup menghadapinya.

Buru-buru ia mencuci rambutnya dan berganti pakaian. Ia tidak akan membuat Fox-T mengetahui insiden ini, terutama Max. Cowok itu pasti bisa langsung membabi buta, marah-marah pada pengemar mereka. Itu hanya akan memperburuk image Keiko di mata fans mereka.

Beberapa crew lainnya datang menawarkan diri untuk melindungi Keiko. Mereka juga sudah membubarkan kumpulan orang tadi dengan bantuan petugas keamanan. Setelah yakin cukup aman, Keiko keluar dari tempat persembunyiannya. Bergabung dengan staff lainnya di lokasi shooting.

Esok harinya, ia sudah kembali bekerja di kantor. Menurut Keiko tidak ada gunanya bersembunyi lagi di tempat Jack. Kalau mereka bisa mengejarnya sampai ke tempat syuting atau rumahnya, mereka juga bisa menghampirinya dimana pun juga. Keiko tidak suka merasa terindimidasi. Ia akan menunjukan dia tidak akan kalah oleh orang-orang itu.

Beberapa orang memperhatikannya dan mulai mengunjingkan dirinya. Keiko menutup kuping rapat-rapat. Di sini adalah daerah kekuasaannya. Tidak akan ada orang asing atau orang yang tidak dikenalnya berkeliaran di sekitarnya.

Hari ini, ia harus menyotir beberapa ide yang sudah dikumpulkan anak buahnya. Bekerja di dalam ruangannya sendiri jauh lebih aman daripada bekerja di lapangan. Berjam-jam ia berkutat di depan berkas-berkas dan komputernya, tanpa mempedulikan waktu.

Matahari sudah menundukan kepalanya mengijikan sang Bulan mengambil ahli menerangi malam. Keiko mematikan komputernya bersiap untuk pulang. Ia memutar kenop pintu ruangannya, tapi tidak bisa. Digoyang-goyangkan lagi kenop itu. Masih tidak bisa. Apa dia terkunci di sana? Keiko mencoba menelpon bagian keamanan, tapi sambungan telponnya mati. Dicobanya menelpon menggunakan HP, tidak ada yang menjawab. Bagaimana ini….

Keiko mencoba mendobrak pintu ruangannya yang cukup tebal dan terbuat dari kayu jati. Tidak ada hasil, pintu itu masih berdiri tegak, malah pundak dan kaki Keiko kesakitan.

Masa ia harus bermalam di kantor? Orang yang mengerjainya pasti akan berpikir kalau Keiko cuma anak manja dan tidak bisa apa-apa kalau sekarang ini ia menangis dan panik. Ia tertawa, mentertawakan dirinya dan kemalangannya. Ia akan menerima tantangan ini. Kalau orang itu ingin menguji mental, Keiko tidak takut.

Ia kembali ke mejanya, melanjutkan pekerjaannya. Untung listrik tidak mati, jadi masih ada AC dan lampu. Ia tertidur di sofanya.

Keesokan paginya, ia membuat terkejut teman sekantornya karena mereka menemukannya sedang tertidur di dalam kantor. Sampai-sampai dipanggil oleh Mrs. Joo. Dipikirnya ia akan dimarahi karena sudah lembur seenaknya, tapi ternyata atasannya itu malah menawarkan untuk memberinya cuti panjang, sampai situasi sudah lebih terkendali.

Ia tidak bisa menerima tawaran itu seberapa pun ia menginginkannya. Sebab, ia tidak ingin Max menaruh curiga padanya dan mengetahui kalau ia sedang diteror. Keiko hanya meminta ijin untuk tidak terlalu sering terlibat di lapangan. Biarlah ia bertindak sebagai pemantau dan bekerja di balik meja untuk beberapa waktu ini.

Keiko mengecek kantor keamanan dan kamera cctv. Dengan cepat ia mendapatkan tersangkanya. 3 orang perempuan bagian marketing yang tidak ia hafal namanya. Ia tidak akan melabrak langsung orang-orang itu. Karena mereka pasti tidak akan mengaku. Lagipula, ia tidak akan mendapat keuntungan apa-apa dengan melabrak mereka. Mencabut 1 musuh hanya akan membangunkan 1000 lainnya. Yang bisa dilakukan olehnya sekarang hanya bersikap lebih waspada dan hati-hati.

Dibalik semua teror dan gosip Keiko, Film 18th terus bertahan di urutan pertama box office Korea selama 4 minggu berturut-turut. Demikian pula dengan single “Look at Me” dari Fox-T. Keiko dengan bangga mengundang mereka di acara Keykigayo.

Sebulan terakhir ini, ia terus diteror baik yang kecil-kecilan sampai surat kaleng dan telpon misterius ke rumahnya. Keiko jadi kurang istirahat padahal saat ini ia sedang sibuk-sibuknya. Sebisa mungkin ia menhindari pembicaraan panjang dengan Max ataupun Jack. Semakin sedikit yang diketahui mereka semakin cepat teror ini berlalu, begitu pikirnya.

Setelah 3 minggu absen dari kegiatan lapangannya, hari ini Keiko kembali berdiri di sana, dibalik layar TV-TV kecil yang merekam gambar dari 8 kamera yang menyorot penonton serta panggung.  Ia memutuskan untuk turun hari ini setelah diskusi panjang dengan atasannya. Mereka berdua sepakat kalau keadaan sudah jauh lebih terkendali. 1 minggu ini, keadaan begitu tenang. Tidak ada telpon ancaman atau ancaman langsung.

Box tempat ia berdiri, tepat di tengah penonton. Di sana ia memberikan komando langsung pada rekan satu teamnya. Kehadiran Keiko di lapangan selalu membuat rekan-rekannya merasa lebih semangat.

‘Okey, stand by. Tae… cue…” ucap Keiko memberi komando agar acara dimulai.

“Selamat malam, we are Keykigayo…!” Ucap TaeMin sebagai pembuka. “Hari ini akan ada banyak  artis baru yang meluncurkan singlenya di minggu ini. Berhasilkah mereka mengeser Fox-T dari tahta yang sudah mereka pertahankan 3 minggu ini. Mari kita saksikan Lee Jihee dengan “Back to you”

Keiko menyuruh kamera menyorot pendukung Lee JiHee, sementara panggung disiapkan untuk penampilan Lee JiHee. Ia memberi kode lagi agar menampilkan kembali panggung saat Lee JiHee masuk. Selesai performance, TaeMin kembali naik memperkenalkan penyanyi berikutnya.

Separuh acara berjalan cukup lancar. Sekarang giliran Fox-T. Keiko meremas lehernya. Rasa panik mulai menyelimutinya. Pengemar Fox-T mengibar-ngibarkan poster, sign board dan sebagainya untuk menyambut idola mereka. Keiko meminta assistantnya mengambil alih. Ia duduk tegang. Tidak berani menatap langsung ke arah panggung.

Seperti yang sudah-sudah, performance Fox-T tidak pernah mengecewakan. Suara mereka melebur sempurna tanpa nada fals sedikitpun. Padahal ini lagu kesukaan Keiko tapi ia tidak menikmatinya sama sekali. Penonton bertepuk tangan riuh setelah Fox-T selesai bernyanyi dan kembali ke belakang panggung.

Keiko berdiri untuk kembali memberi instruksi, tiba-tiba…

PYARRRRR…..

Puluhan plastik berisi air menghantam tubuh Keiko. Beberapa kamera menyorotnya yang sedang basah kuyup. Keiko berdiri di sana, mengelap rambutnya ke belakang dan tersenyum. Ia tidak akan menunjukan rasa takutnya. Ia menyuruh kamera untuk kembali menyorot TaeMin dan memberi komando pada MC-nya untuk melanjutkan acara.

Keadaan sedikit kacau karena Max berlari keluar dari belakang panggung. Ben dan Alex berusaha menahannya dengan merangkulnya dan tersenyum pada penonton. Jack dan Micky munyusul di belakang juga saling merangkul

“TaeMin, bilang pada penonton kalau Fox-T akan melakukan encore.” perintah Keiko cepat.

“Baik, mari saksikan encore dari Fox-T…” Ucap TaeMin sedikit kebingungan.

“Fox-T bawakan lagu Moonlight. Aku sudah menyuruh bagian sound untuk menyiapkan lagu ini. One Two Three… cue…” peritah Keiko lagi, ia sengaja memilihkan lagu dengan ritme dance yang hingar bingar agar perhatian penonton bisa beralih ke panggung, dan bukan kepadanya.

Assistant Keiko memberikan selimut tebal untuk dipakai Keiko menutupi tubuhnya sementara semua itu berlangsung.

Reaksi penonton berjalan sesuai dugaan Keiko. Ia meminta TaeMin bersiap untuk menyerahkan piala pada Fox-T. Karena minggu ini mereka berhasil mempertahankan singsana mereka sekali lagi.

Acara ditutup dengan letusan petasan dan encore “Look at Me.” Keiko sudah menghilang ke belakang panggung saat Fox-T selesai bernyanyi.

Ia masuk ke ruang tunggu TaeMin dan menganti pakaiannya dengan MC-nya itu. Jantungnya masih berdebar cepat. Kalau di luar tadi ia tetap menjalankan perkerjaanya dengan tenang. Sekarang ia tidak perlu pura-pura tegar lagi. Ia duduk meringkuk di kursi rias.

“Kei…” panggil TaeMin. Ia buru-buru masuk saat acaranya selesai. Saat tadi ia melihat Keiko basah kuyup tadi, ia sudah ingin berlari melindungi Keiko. Tapi cewek ini tidak mengijinkannya.

“Hei….” sapa Keiko sambil tersenyum terpaksa.

“KEIKO!” teriak Max.

“Max, Max, sabar…” ujar Ben, menahan langkah Max mengejar TaeMin. Seluruh member Fox-T sekarang ada di ruangan TaeMin. Alex segera menutup dan mengunci ruangan itu. Menghindari orang lain masuk ke sana.

“Kenapa kamu ga cerita?! Ini bukan yang pertama kali kan?! TaeMin udah cerita semua tadi.!!!” pekik Max frustasi. Ia marah karena Keiko tidak bercerita apa-apa padanya, ia marah karena ia bisa sebodoh itu berpikir kalau Keiko memang sibuk dan bukan dengan sengaja menghindarinya. Betul-betul goblok!

“KENAPA elo marah-marah! Seharusnya elo sadar dong, kenapa nunna sampe ga cerita apa-apa sama elo!” bela TaeMin. Ia berdiri menghalangi Max menghampiri Keiko.

“Max, sabar Max.” pinta Ben lagi. “Dan elo, TaeMin, elo ga perlu ikut campur masalah ini.” sergah Ben tidak senang dengan sikap kurang ajar Taemin yang tidak memandang mereka sebagai senior.

“Max, elo tenang dulu.” perintah Alex, ia juga meminta dongseng-nya untuk duduk di seberang ruangan, jauh dari Keiko.

“Kei, betul yang tadi itu bukan pertama kalinya elo dikerjain?” tanya Jack dengan suara berat dan mencekap.

“Jack, sudahlah.” pinta Micky menenangkan sahabatnya itu. Ia tidak terlalu terkejut dengan kejadian hari ini. Karena ia memang mendapat sedikit informasi dari Yunna menenai teror  yang cukup mengerikan sebulan ini. Tapi Micky sama sekali tidak menyangka kalau serangan fans juga termasuk serangan fisik.

“JAWAB KEI!!” teriak Max lagi makin kalap.”Jawab….” suara Max makin mencekat. Hatinya merasa tersakiti melihat keadaan Keiko sekarang. Tubuh cewek itu makin kurus, lingkaran di bawah matanya juga makin gelap, tapi Keiko terus memaksakan diri untuk tersenyum.

“Insiden pertama terjadi waktu kita shooting MV.” ucap Keiko yang membuat semua mata menatap padanya terkejut. Bahkan TaeMin sekalipun, karena ia memang tidak memberitahukan masalah ini dari Keiko.

“Lalu aku sempet terkurung di kantor, di kamar mandi. Ada yang memasukan isi staples ke gelas kopi. Terus pintu rumah di corek dengan darah ayam. Telepon dari orang yang tidak dikenal, ancaman pembunuhan. Diserempet mobil. Masih mau dilanjutkan?” tanya Keiko sambil tetap mempertahankan senyumannya.

Dari terkejut, pandangan cowok-cowok itu berubah marah. Max sampai menonjok kaca di belakangnya. Jack roboh merapat ke tembok. Sedangkan Ben membelakakkan matanya.

“Micky, elo pasti udah denger masalah gw keserempet dan teror telpon kan? Soalnya Yunna juga ada di situ.” tanya Keiko pada Micky, mencari sedikit dukungan dari pacar sahabat baiknya.

Micky mengangguk lemah.

“Nah, itu kejadian 2 minggu yang lalu. Satu minggu terkahir, tidak ada kejadian apa-apa. Jadi aku pikir, orang-orang itu sudah menyerah. Siapa sangka ternyata mereka menunggu saat ini. Aku cuma salah prediksi saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Suara Keiko masih tetap tenang. Ia tidak mau menyiramkan minyak ke air panas dengan bersikap gugup dan terguncang.

“Kendalikan apa Kei? Kalau memang elo ga kenapa-kenapa, elo ga bakal kabur ke sini.” umpat TaeMin kesal. Ia tidak terima seniornya harus mengalami semua penyiksaan itu hanya karena ia berhubungan dengan Max.

Hyung, ini harus dihentikan. Kita ga boleh biarin Keiko terus begini.” kata Ben.

Semua masih terdiam tidak tahu harus mengatakan apa.

“Kalau mau ini berhenti, Max harus menjauh dengan Keiko, pergi dengan cewek lain. Biar cewek itu yang diteror pengemar gila kalian!” ucap TaeMin sewot.

Micky hampir menonjok dia kalau tidak ditahan oleh Jack. Anak kecil itu sudah kelewatan. Ia masih bisa memaklumi ketidak sopanannya tadi. Tapi mengusulkan ide gila tanpa memperhatikan perasaan teman-temannya.

“Max.” panggil Jack. “Elo…” Jack menarik nafas berat, tidak sanggup meminta dongsaengnya melakukan permintaan Taemin tadi. Walaupun dia sendiri tidak dapat memikirkan ide lebih brilian dari itu.

“Jangan gila hyung!!! Sampe mati pun gw ga mungkin mau melakukan itu!!!!” bantah Max. Baginya tidak ada cewek lain yang membuatnya ingin berdekatan selain dengan Keiko. Tidak ada cewek lain yang ingin dicintainya selain Keiko.

“Dan elo tega liat dia begini?!” teriak Jack emosi. Ia kesal, karena keegoisan Max. Bagaimana mungkin Max tidak melihat tujuan dari usulnya tadi. Ia juga tidak akan meminta Max untuk melakukan hal itu kalau bukan demi keselamatan Keiko. Kalau Jack yang ada di posisi Max, ia akan melakukan apa saja, kalau itu termasuk menghilang dari hidup Keiko.

Max terdiam. Ia merengut mukanya. Pusing. Kenapa ia harus memilih antara melindungi Keiko dengan memilikinya. Kenapa ia tidak boleh memiliki keduanya?!

“Max, gw rasa saat ini, kita ga punya pilihan selain itu.” ucap Ben datar. Ia mengerti betapa berat dan sulitnya keadaan ini untuk Max. Tapi ia dan teman-temannya tidak bisa membiarkan Keiko terus diserang oleh pengemar mereka.

“Apa kita ga bisa kasih ultimatum saja pada orang-orang itu supaya mereka ga ganggu Keiko?” tanya Max lemah.

“Dan memancing kemarahan orang-orang gila itu?” erang Jack sinis. Ia tidak akan menganggap para penyerang itu adalah pengemar mereka. Pengemar seharusnya mendukung idolanya, bukan menyakiti apa yang penting bagi idolanya.

“Elo cukup mengurangi frekuensi pertemuan elo orang di depan publik kab? Lo orang masih bisa tetep berhubungan sembunyi-sembunyikan?” rayu Ben.

“Seperti kata TaeMin tadi, elo cukup berkeliaran dengan cewek berlainan selama beberapa saat, dengan sendirinya fans elo pasti berpikir kalau hubungan elo sama Keiko udah berakhir.” Micky memberi tambahan.

“Sudahlah, kalian tidak perlu melakukan apa-apa. Semua masih bisa gw atasi. Toh, semua itu hanya asumsi penggemar kalian kan. Seiring berjalannya waktu, masalah ini akan mereda dengan sendirinya.”

“Kei, jangan keras kepala lah. Orang yang nyerang elo, itu orang sakit jiwa. Elo harus pikirin juga orang-orang di sekitar elo.” Jack mulai kesal melihat kenekadan Keiko. Ia mengerti kalau Keiko tidak ingin membuat mereka khawatir ataupun merasa bersalah. Tapi bersikap sok tangguh tidak akan menyelesaikan masalah ini.

Mendengar ucapan Jack, pikiran Keiko langsung tertuju pada Yunna. Bagaimana kalau orang-orang itu juga mengerjai Yunna, atau Yuri onni?

Reflek, Keiko menatap Micky dan menanyakan keadaan sahabatnya, “Ky, Yunna ga kenapa-kenapa kan?” desak Keiko.

Aksi diam Micky langsung diartikan kalau dugaannya benar. Ia mulai panik. Ia memang tidak tahu keadaan Yunna, karena sekarang mereka tidak tinggal serumah. Yunna tidur di rumah orang tuanya. Seharusnya tempat itu cukup aman untuk melindungi sahabatnya itu,kan?

“Ky, Yunna kenapa?” desak Keiko makin panik.

“Ga apa, dia cuma terlibat perkelahian kecil dengan orang-orang yang ngejek elo.” ucap Micky akhirnya.

“Berantem? Dimana? Kok dia ga cerita?” seru Keiko tidak mengerti, bagaimana sahabatnya bisa bertengkar dengan orang.

“Di jalan, waktu kita keluar makan minggu lalu. Ga apa, cewek-cewek itu habis ditampar bolak-balik sama Yunna. Tapi, gw juga jadi ga tenang. Gimana kalau dia sampe nekad dan ketemu cewek-cewek yang lebih gila.” Kecemasan Micky tidak dapat ditutupi kerena dia sama seperti Keiko, cukup tahu kalau Yunna adalah orang yang nekad dan tidak mustahil kalau Yunna akan terlibat kejadian lain yang lebih gawat.

Keiko mulai bimbang, ia tidak bisa membiarkan masalahnya membuat Yunna atau orang lain ikut susah. Kalau orang-orang itu hanya menyerang dirinya, ia sanggup menhadapi dan menahannya. Tapi tidak jika sudah menyangkut orang-orang yang disayangnya.

Max menyerah, melihat kecemasan yang terpampang jelas di wajah Keiko. Denga pasrah, ia menyetujui, “Coba ceritain rencana lo orang.”

“Pertama, Kei, elo ga boleh jalan sendirian. Atur sama boss elo untuk minta bodyguard 24/7. Terus, Max, mulai besok, kita kan ke Jepang. Medingan elo cari cewek di sana. Fans Jepang kita lebih rasional dan reaksi brutal fans Korea kita pasti ga bisa nyentuh cewek itu secara mereka lain negara. Lo ga perlu berganti-ganti pasangan, nanti malah kesannya elo cuma main-main sama mereka. Pilih 1 atau 2 dan keluar berduaan dengan mereka dengan interaval dan gaya yang meyakinkan.” saran Micky yang seperti biasa selalu dengan cepat memutar otaknya.

“Emang mereka bakal percaya begitu aja?” tanya TaeMin skeptis.

“Selama ini, mereka juga cuma berspekulasi kalau Keiko berpacaran sama elo kan? Nah sekarang kita gunakan cara yang sama. Biarkan mereka yang berspekulasi sendiri. Kalau bisa Max, cari cewek yang beda tipe, biar pengemar elo merasa Keiko cewek lebih baik buat elo.” ujar Micky meyakinkan.

Semua setuju kalau ini adalah jalan terbaik untuk meredam emosi pengemar Max.

Keiko menghubungi Mrs. Joo sesuai perintah Micky. Bossnya langsung mengabulkan permintaan Keiko untuk meminjamkan bodyguardnya a.k.a satpam senior dari TV-B yang sudah mendapat latihan khusus sebagai pengawal.

Di luar gedungnya, para pengemar Fox-T masih berkeliaran. Keiko berjalan sambil menunduk ketika melewati merka. Ia Dalam hati kecil Keiko, ia salut dengan para pengemar Fox-T ini. Cewek-cewek itu benar-benar tangguh. Siang malam mengikuti Fox-T. Tidak peduli hujan, panas ataupun angin kencang. Keiko berdiri di pinggir lobby menunggu jemputannya.

Dari kejahuan, Keiko melihat ada sekumpulan 4-5 cowok mulai mengoda cewek-cewek, pengemar Fox-T. Dari pakaiannya Keiko menduga kalaumereka preman lokal daerah setempat. Tadinya ia hanya memperhatikan mereka jauh karena takut para pengemar itu mengenalinya. Tapi begitu cowok-cowok itu mulai bersikap kasar, Keiko jadi ga sabar juga dan melabrak mereka.

“Ya!” teriak Keiko.

Cowok-cowok preman itu membalikkan badan, ganti menatap Keiko.

“Sapa lo! Jangan SOK Jago deh! Tengil loe!” salah satu cowok itu menabok topi dan kacamata hitam Keiko. Membaut rambut bob yang dikelungnya jatuh.

“WOWHO! Cewek toh! Apa lo mau gantiin cewek-cewek ini temenin kita minum?” soros salah satu preman itu lancang.

Keiko memasang kuda-kudanya, siap bertindak kalau salah satu dari mereka mendekatinya.

Benar saja, salah satu preman itu mencoba mencolek wajahnya. Keiko menangkap tangan cowok itu lalu langsung membantingnya.

“Brengsek!”  seru cowok lain yang badannya lebih besar dari Keiko dan melayangkan tinjunya ke muka Keiko.

Keiko dapat menelak dengan mudah, karena gerakan lawannya terlalu lambat. Ia menendang tulang kering cowok besar itu, lalu menghantam dagu preman itu dengan lututnya sekeras mungkin.

Tinggal 2 cowok lagi. Badan mereka kecil tapi membawa senjata tajam. Nyali Keiko sedikit menciut.

“Lee Keiko-ssi…” Teriak 2 bodyguard Keiko yang bertubuh besar bergabung dengan Keiko. Preman-preman itu langsung kabur begitu merasa lawannya tidak seimbang.

Keiko menarik nafas lega, lalu memungut topi dan kacamatanya. Siap beranjak. Ia tidak perlu mengatakan apa-apa pada perempuan-perempuan itu kan? Bisa-bisa ia dikeroyok di sini.

“Lee Keiko-ssi…!” panggil cewek-cewek yang tadi ditolong Keiko, ia terpaksa membalikkan badannya mengahadap mereka.

“Terima kasih.” cewek-cewek itu membungkuk berterima kasih pada Keiko.

“Lain kali hati-hati. Sebaiknya kalian pulang. Fox-T sudah balik dari selesai acara tadi.” ujar Keiko menasehati gadis-gadis remaja yang ditolongnya.

“Lee Keiko-ssi JJANG!!!!” sorak mereka seiring dengan Keiko yang berjalan menuju mobilnya.

Keesokan harinya, video dan foto Keiko sedang menampol preman-preman beredar di internet. Beberapa orang memuji Keiko tapi sebagian masih berbicara buruk dan mengunjingkannya terus.

Cewek yang menjadi pembicaraan, sama sekali tidak tahu apa-apa. Malam itu, ia jatuh sakit. Demam tinggi yang disebabkan oleh luka di tangannya kembali terbuka. Walaupun sudah 3 bulan lewat tangan kanannya masih tidak boleh digunakan untuk mengangkat terlalu berat. Gerakan membanting yang ia gunakan untuk membanting preman-preman itu menjadi pemicunya.

Malam itu menjadi malam terpanjang untuknya. Badannya terus mengigil dan berkeringat. Ia tidak bisa menelpon siapa-siapa. Tidak pada Yunna. Tidak pada Max. Sudah terlalu banyak kesusahan yang ia timbulkan pada mereka. Keiko jatuh pingsan.

Dalam mimpinya, Yunna dan Jack  bergantian merawatnya. Jack bukan Max. Demamnya pasti sudah membuat otaknya rusak. Sampai bisa memimpikan Jack. Cowok itu tidak mungkin datang kalau dalam kehidupan nyata.

Keiko bangun dengan perasaan lebih baik. Digerak-gerakan tangannya, sudah tidak sakit. Ia bangun dan berjalan ke luar kamarnya. Lapar.

“Pagi, Kei…” sapa Jack yang sedang meletakan piring berisi telur dadar di meja makan.

Keiko mengucek matanya dan berkedip-kedip. Ia pasti masih bermimpi. Kalau tidak cowok itu tidak mungkin ada di sana.

“Duduk sini.” panggil Jack lagi. Keiko masih mematung di depan kamarnya.

“Gw pasti lagi mimpi.” gugam Keiko tidak jelas.

“Mimpi dimasakin sama cowok cakep? Apa ga terlalu ngarep, Kei?” ledek Jack setelah mendengar ocehan Keiko.

Okay, bahkan cara ngomong yang nyebelin juga mirip banget sama Jack. Keiko duduk di bangku, berseberangan dengan Jack. Cowok itu mengambilkan semangkuk bubur dan telur untuk Keiko. Ia masih tidak percaya, ada Jack di rumahnya tapi ia tetap mengunyah dan memakan buburnya. Ia tidak tahu kalau ia selapar itu, sampai menghabiskan 2 mangkuk bubur.

“Wajarlah, 2 hari elo cuma tidur doang.” cerita Jack.

Keiko terperangah,”2 hari? emangnya ini hari apa?” Bagaimana mungkin ia tertidur 2 hari. Keiko tidak percaya, lalu mengecek TV. Benar. Ini hari Minggu.

“Okay, gw yakin gw betulan lagi mimpi sekarang. Bukannya aturan elo ada di Jepang sama Max.” ucap Keiko sambail terkekeh-kekeh.

“Ga, jadwal kita beda. Max, Alex dan Ben ke Jepang. Gw sama Micky di Seoul.”

“Nah, terus kenapa elo di sini? Gimana caranya elo bisa masuk ke rumah gw?”

“Max minta gw jagain elo. Kunci dari Yunna. Bentar lagi juga paling nyampe sama Micky. Mereka  lagi nebus obat elo.”

“Obat???” tanya Keiko terperangah.

“Buat tangan elo. Gw masih ga habis pikir. Gimana elo bisa ceroboh begitu, berantem sembarangan, banting orang sembarangan. Kalo elo segitu sukanya berantem kenapa ga jadi wrestler aja?” sindir Jack.

Keiko cembetut kesal, ia tahu dengan pasti sekarang, kalau ia benar-benar sadar. Mulut cowok itu betul-betul nyebelin. “IYah, ntar gw ngundurin diri, terus jadi wrestler. Yang bakal duluan gw banting, pasti ELO! Kenapa sih elo ga bisa ramah dikit? Kalau Max, dia pasti bakal buat gw ketawa bukannya malah marah-marah kayak elo!”

“Dikasih tahu malah marah. Heran, kenapa Max bisa naksir sama elo?!” Ia sedikit tersinggung karena dibandingkan dengan Max.

“Itu artinya Max masih punya mata. Selera ga rendahan kayak elo, yang penting toketnya gede..!” Ia heran, bagaimana cowok itu dengan mudah membuat ia emosi.

“Lo orang ributin apa sih? Suaranya ampe kedengeran di luar?” tanya Micky yang masuk dengan Yunna. Sahabat ceweknya itu langsung memeluk Keiko dan mengecek tangannya.

“Orang sakit elo ajak berantem!” marah Yunna.

Jack tidak menanggapinya, ia berjalan menuju pintu keluar.

“Mau kemana?” tanya Micky bingung, melihat sahabatnya tiba-tiba pergi meninggalkannya.

“Pulang!” jawab Jack marah.

Micky menyusulnya keluar. Mereka kan hanya membawa satu mobil.

“Kenapa sih?” tanya Micky bingung.

“Ga apa! Udah bisa marah-marah begitu, artinya dia udah sehat!” Jack masih kesal. Setelah apa yang ia lakukan untuk Keiko, masih saja cewek itu hanya memandang Max.

Micky jadi geli melihat tingkah temannya ini. Kemarin Jack panik setengah mati waktu menemukan Keiko pingsan sampai mau dobrak pintu rumahnya segala. Untung Micky bertindak cepat dengan menjemput Yunna. Jack sibuk manggilin dokter, bergadang 2 malam untuk jagain Keiko. Setelah cewek itu bangun, mereka berdua malah ribut. Micky benar-benar tidak mengerti jalan pikir temannya. Ia jadi tertawa.

“Sial, apa yang lucu!” bentak Jack kesal, Micky sedang meledek kebodohannya. ia jadi ikut tertawa. Tertawa lepas setelah semua ketegangannya beberapa hari ini terangkat.

“Balik yuk. Ngantuk gw.” ajak Jack.

Micky mengeleng-gelengkan kepalanya lagi. Selama ia bertemanan dengan Jack, baru kali ini melihat dia begitu hati-hati menangani perempuan. Bahkan sampai memutuskan untuk memedam perasaannya sendiri. Kenapa Jack ga terus terang aja sih kalau dia menyukai Keiko.

Mungkin sudah saatnya Micky bertindak. Ia sudah tidak tahanlagi dengan sikap pura-pura Jack. Lagipula menurut informasi dari Yunna, Keiko juga suka pada Jack. Kalau Jack tidak mau bertindak lebih dulu, maka ia akan memaksanya untuk mengaku atau membaut Keiko yang mengaku duluan.

Published by @peachisgrey

I love read n write I love Korean and Japanese Some Chinese will always attract me And I mean everything Culture, people, music, places and even their language

Leave a comment