Double Matters – act 23

Punggungku terasa sakit luar biasa saat aku berusaha mengangkat tangan kananku. Kubuka mata, menatap langit-langit kusam klinik kampus. Kehela nafas panjang. Akhirnya aku pingsan juga tadi. Kerumunan orang selalu menjadi musuh orang penyakitan sepertiku. Aku meringkis saat mencoba menaikan lengan kanan. Dengan tangan satunya, kupijit-pijit bahu kananku itu. Sepertinya cedera bahuku lumayan parah nih. Kira-kiraContinue reading “Double Matters – act 23”

Double Matters – 22

Aku duduk di kantin. Mengaduk-aduk bubur yang pastinya sekarang semakin encer. Maap, Pak Maman, tapi asli aku tidak nafsu makan. Pusing memikirkan strategi mempertahankan Ethan. Bukan artinya Ethan ingin menjauh juga, tapi saat ini tidak ada kejelasan status diantara kami. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Ethan padaku. Dia tetap baik, perhatian dan kami sudah berciuman.

In devil’s arm – part 13

Patrick terpana, memandangi Prue penuh tanya, bertanya juga pada dirinya apa dia sedang bermimpi atau betul tadi Prue berkata bahwa ia diberi kesempatan kedua. Ia sampai menepi di pinggir jalan. Tidak baik berkendara dalam kondisi shock, otak buntu dan kesulitan memusatkan pikiran. Saat ini ia hanya sanggup memandangi Prue, sambil meremas setir. Ia juga memikirkanContinue reading “In devil’s arm – part 13”

In Devil’s Arm – part 11

Showroom Merdeka di Jakarta Selatan Prue memandangi pundak Patrick yang diikutinya, termasuk perempuan cantik yang semakin menempel, mungkin dia akan bergelayut bak monyet pada pohonnya kalau tidak ada Prue di sana. Dengan kesabaran yang terlatih, bukan sekali ini ia harus menemani atasannya yang sedang berkencan. Dominick juga sama. Walau dalam hal ini ia lebih memilihContinue reading “In Devil’s Arm – part 11”

In Devil’s Arm – part 10

Prue sedang tidur di kasurnya, pulas. Nyaris tidak bisa dibedakan dengan mayat ketika Patrick masuk ke kamarnya. Duduk di samping kasur, memandangi wajah Prue, diusapnya poni Prue yang panjang menutupi mata, menyelipkannya kembali ke balik telinga. Prue mengulat dan terbangun ketika merasakan sentuhan jari Patrick. “Huaaam, pagi, Pete.” ucapnya. Membuka mata sebentar lalu kembali menutupContinue reading “In Devil’s Arm – part 10”

In Devil Arm – part 9

“Apa benar menyusahkan?” tanya Dominique setelah menahan diri sepanjang hari. “Hmm? Soal apa?” tanya Prue balik. “Soal…” Dominique melirik Prue yang menatapnya penuh tanya. Apa mungkin seharusnya ia tidak bertanya? Bagaimanapun juga, Prue itu assitant Dominique yang sudah sepatut dan sewajarnya bekerja tanpa mengeluh.

In devil arm – part 7

Ketika Patrick dan Prue tiba di Papilon. Klien sudah datang. Dominique memandang Prue sebentar sebelum kembali mendengarkan ucapan kliennya orang Jepang yang berbicara bahasa Inggris. Prue menunduk sedikit sebelum duduk di samping Dominique dan mengeluarkan catatannya. Meminta maaf karena terlambat. “Daijoubu. Daijoubu. No worries.” ujar si orang Jepang itu dan tersenyum ramah pada Prue. PatrickContinue reading “In devil arm – part 7”

In Devil’s Arm – part 6

Tempat parkir Gedung 88 Patrick sedang bersandar ke pintu mobil, menunggu Prue. Ia berhasil menipu perempuan itu untuk menjemputnya di sini. Pura-pura tidak tahu jalan menuju Pasific Place. Ia yakin Prue tidak bisa menolaknya. Rasa tanggung jawab perempuan itu tidak mengijinkannya walau kedatangannya kemari sama dengan mencari masalah. Patrick menyeringai, ia bisa menjadi apapun asalContinue reading “In Devil’s Arm – part 6”